Permasalahan agama tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Agama telah menjadi bagian dan seharusnya
dimiliki setiap manusia. Untuk menemukan hubungan antara agama dengan makna
hidup manusia, perlu diketahui terlebih dahulu tentang agama dan manusia.
AGAMA
Agama (din) adalah
segala peraturan yang berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam bentuk
perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan
dan ada pembalasannya.
Unsur-unsur agama:
·
Kekuatan
Ghaib
·
Hubungan
dengan Yang Ghaib
·
Pemujaan
atau penyembahan terhadap Yang Ghaib
·
Adanya yang kudus dan suci (kitab suci, tempat
ibadah, dan sebagainya)
Agama diturunkan sebagai
petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia. Dimana petunjuk ini menjelaskan
tentang mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang
bathil. Petunjuk disini meliputi banyak bidang dalam kehidupan, baik sosial,
politik, ekonomi dan bidang yang lain.
Meski pada kenyataannya setiap
orang mampu menjalani kehidupannya, tapi pada dasarnya tidak semua orang
mendapatkan petunjuk sebagai mana yang diajarkan oleh agama. Sedangkan kita
tahu, banyak agama di dunia ini. Lalu siapa orang-orang yang diberi petunjuk?
Dalam Al-Quran dijelaskan : ”...Jika
mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah).
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”(Q.S. Ali ’Imran:20)
Dalam ayat lain Allah berfirman
: ” Barangsiapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.”(Q.S. Al-An’aam:125)
Dari dua ayat di atas jelas
sudah siapa orang-orang yang diberi petunjuk, tiada lain yaitu orang yang
mengakui Islam sebagi agamanya. Dan Allah menyebutkan bahwa hanya Islam agama
yang Dia Ridhai (Q.S. Ali ’Imran:19).
MANUSIA
Manusia adalah salah satu makhluk
ciptaan Allah yang dianugrahi akal pikiran dan memiliki potensi untuk beriman
kepada Allah dan dengan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta
gejala-gejala alam, memiliki rasa tanggung jawabatas segala tingkah lakunyadan
berakhlak. Dengan anugrah itulah yang menjadikan manusia sebagai makhluk mulia,
dimana makhluk lain tidak memiliki keistimewaan tersebut.
Allah memberikan akal kepada
manusia tentu ada maksudnya. Salah satunya adalah untuk menjalankan amanah dari
Allah sebagai khalifah di bumi. Sebagai mana firman Allah dalam Al Quran surat Faathir:39
:
”Dia-lah yang
menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.”
Kesejahteraan
manusia di dunia hanya dapat terwujud kalau dan karena manusia mempergunakan
akalnya. Sedangkan tujuan diciptakannya manusia adalah untuk menyembah dan
beribadah kepada Allah, ” Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(Q.S.
Adz Dzaariyaat:56).
Tidak ada perbedaan pendapat
dalam mengertikan ”ibadah” dalam ayat di atas, apakah ibadah menurut arti
lahirnya, yakni lafal tersebut diartikan dengan ibdah atau ditafsirkan dengan
ma’rifah (mengenal Allah) sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa
kedua makna tersebut sesuai untuk lafal ”ibadah” itu, sebab ibadah itu tidak dapat
dilakukan dengan sebenarnya tanpa ma’rifah, dan ma’rifah itu akan hampa bila
tidak disertai dengan ibadah
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali ”tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah untuk mencapai keutamaan jiwa”.
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali ”tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah untuk mencapai keutamaan jiwa”.
Amal baik
lahiriyah bermanfaat karena ketaatan di samping dibalas langsung untuk kebaikan
itu sendiri, juga mendukung akan perolehan keutamaan, namun kondisi bathin lebih
penting dalam pandangan Tuhan daripada amal baik lahiriyah dan lebih
mendatangkan pahala keutamaan. Di samping itu berpendapat bahwa kejahatan dan
kebaikan hanya dapat diketahui melalui wahyu (dan tidak melalui rasio alamiah)
HUBUNGAN AGAMA DAN MAKNA HIDUP MANUSIA
Dari uraian tentang Agama dan
manusia di atas dapat ditarik satu titik temu yaitu penting dan mendasarnya
kebutuhan akan sebuah ajaran agama bagi manusia. Kebutuhan ini melebihi
kebutuhannya terhadap segala sesuatu.
Adapun syari’at (ajaran
agama), alas dan fondasinya adalah mengetahui mana perbuatan-perbuatan
ikhtiariyah manusia yang diridhai oleh Allah. Bahaya yang menimpa manusia
apabila tidak bersyari’ah adalah kerusakan hati dan jiwa dan kebinasaan serta
kesengsaraan yang tiada berkesudahan. Maka tidak ada kebutuhan manusia yang
melebihi kebutuhan untuk mengetahui syari’at yang dibawa oleh Rasulullah,
melaksanakannya, mendakwahkannya, bersabar atasnya dan berjihad terhadap orang
yang keluar dari padanya sehingga kembali lagi padanya. Dunia tidak akan damai
dan baik tanpa syari’at dan tiadalah jalan yang dapat menyampaikan manusia
kepada kebahagiaan dan keberuntungan yang paling besar melainkan harus melalui
jembatan syari’at ini.
Ajaran Islam secara keseluruhan
menganugerahkan kehidupan dalam semua aspeknya kepada manusia. Ajaran Islam
yang telah bersemayam dalam jiwa seseorang akan memberikan semangat, kehidupan,
penglihatan, dan gerakan. Atas dasar itu, ajaran yang tidak memberikan pengaruh
hidup, bahkan menimbulkan kematian, menghilangkan penglihatan dan gerakan,
serta membekukan pemikiran manusia, bukan ajaran yang dimaksud dalam kandungan
ayat di atas, dan juga bukan berasal dari ajaran Islam.
Al-Quran menegaskan bahwa ajaran Islam
adalah ajaran yang memberikan spirit kehidupan, dan sejarah Islam telah
memberikan kesaksian tentangnya. Selama berabad-abad, sejarah Islam telah
menunjukkan bagaimana ajaran ini memberikan spirit kehidupan seperti yang
diungkapkan al-Quran
Dewasa ini, seringkali kita saksikan
bagaimana pengertian dan konsep Islam yang kita miliki tidak memberikan atau
menciptakan kehidupan. Kita harus memperbaiki pandangan kita sehubungan dengan
pengertian dan konsep ini. Barangkali kita keliru dalam menggambarkan dan
memahami konsep serta ajaran Islam. Pola pikir kita harus segera diperbaiki.
Inilah yang dimaksud dengan menghidupkan kembali pemikiran Islam. Pola pikir
dan cara pandang kita terhadap Islam harus dibenahi. Perspektif yang kita
gunakan selama ini untuk meneropong Islam bukanlah perspektif yang benar. Dengan
begitu, perspektif dan pola pemikiran kita harus segera diperbaiki.
Ajaran Islam melalui Al-Qur’an menekankan—dari satu sisi—keutamaan nikmat akhirat dan
memperingatkan manusia dari tipu-daya dunia. Dari sisi lain, Al-Qur’an
memperingatkan keburukan dan bahayanya terikat dengan dunia, melupakan akhirat,
mengingkari alam abadi atau ragu tentangnya. Al-Qur’an menekankan bahwa hal-hal
semacam ini akan mengakibatkan kesengsaraan dan kehinaan yang abadi. Kelirulah
orang yang mengira bahwa mengutamakan dunia itu hanya akan membuat orang
kehilangan pahala akhirat saja, namun di samping kehilangan, justru orang
seperti ini akan men-dapatkan siksa abadi.
Rahasia dan
hikmah di balik itu adalah bahwa orang yang hatinya terpatri pada dunia ini
telah menyia-nyiakan anugerah Ilahi sehingga pohon yang hijau dan rindang itu
telah menjadi kering dan rontok di tangannya, padahal diharapkan akan
mendatangkan buah yang abadi. Ia telah membuat layu pohon itu dan tidak lagi
dapat berbuah. Ia tidak peduli kepada pemberi nikmat yang hakiki. Ia
menggunakan nikmat Ilahi itu bukan pada jalan yang diridai Allah SWT. Tatkala
penyeleweng seperti ini menyaksikan hasil usahanya yang hampa dan merugikan
lantaran pilihannya yang buruk, berharap ingin menjadi tanah sehingga dapat
terhindar dari bencana besar dan nasib terakhir yang amat menyakitkan.